Nilai ujian - 1




Dengan cara ragu-ragu saya dekati ruangan dosen dimana Pak Hr ada.
"Winda..", satu suara menyebut.

"Hei Ratna!".

"Ngapain kau mencarinya dosen killer itu?", Ratna itu menanyakan bingung.

"Tahu nih, saya ingin meminta ujian susulan, telah 2x saya meminta diundur terus, mengapa ya?".

"Idih jahat sekali!".

"Karena itu, saya takut kelak di raport merah, mata kuliah ia kan penting!, tauk nih, bentar ya saya masuk dahulu!".

"He-eh deh, sampai kelak!" Ratna berlalu.

Dengan membulatkan tekad saya mengetuk pintu.

"Masuk..!", Satu suara yang sangat ditakutinya menyilakannya masuk.

"Selamat siang pak!".

"Selamat siang, kamu siapa?", tanyanya tanpa ada tinggalkan pekerjaan yang sedang ditanganinya.

"Saya Winda..!".

"Saya..? Oh, yang ingin meminta ujian lagi itu ya?".

"Iya betul pak."

"Saya tidak ada waktu, kelak hari Mminggu saja kamu tiba ke rumah saya, ini kartu nama saya", Tuturnya acuh tidak acuh sekalian menyerahkan kartu namanya.

"Ada lagi?" bertanya dosen itu.

"Tidak pak, selamat siang!"

"Selamat siang!".

Dengan lemas saya bergerak keluar dari ruang itu. Jengkel sekali rasa-rasanya, telah belajar sampai tengah malam, sampai di sini harus balik lagi hari Minggu, huh!

Kemungkinan cuma akulah yang hari Minggu masih berjalan sekalian bawa tas akan kuliah. Ini hari saya harus penuhi ujian susulan di dalam rumah Pak Hr, dosen berengsek itu.

Rumah Pak Hr terdapat dalam suatu perumahan elite, di atas satu bukit, cukup jauh dari beberapa rumah yang lain. Belum memijit Bel pintu telah terbuka, Seraut muka yang telah mulai tua tapi masih fresh ada.

"Ehh..! Winda, mari masuk!", sapa orang itu yang tidak lain ialah Pak Hr sendiri.

"Permisi pak! Ibu mana?", tanyaku berbasa-basi.

"Ibu sedang pergi dengan beberapa anak ke rumah neneknya!", sahut Pak Hr ramah.

"Sesaat ya..", tuturnya lagi sekalian masuk ke ruang.

Tumben tidak sepeti umumnya saat mengajar di kelas, dosen ini populer paling killer.

Rumah Pak Hr teratur rapi. Dinding ruangan tamunya bercat putih. Di pojok ruang ada seperangkat almari kaca temapat tersimpan beberapa barang hiasan porselin. Di tengahnya ada bentangan permadani berbulu, serta bangku sofa kelas satu.

"Bagaimana siap?", bertanya Pak Hr mengagetkan saya dari lamunannya.

"Eh telah pak!"

"Sebetulnya.., sebetulnya Winda tak perlu ikuti lagi susulan jika.., jika..!"

"Jika apa pak?", saya menanyakan tidak pahami. Belum habis bicaranya, Pak Hr telah menuburuk badanku.

"Pak.., apa-apaan ini?", tanyaku terkejut sekalian meronta coba melepas diri.

"Jangan bersandiwara Winda sayang, saya memerlukannya serta kau memerlukan nilai bukan, kau akan kululuskan seandainya ingin layani saya!", sahut lelaki itu sekalian berupaya menciumi bibirku.

Serempak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik.., tetapi detah darimanakah aslinya perasaan keinginan menggelora kembali lagi menggempurku. Ingin rasa-rasanya biarkan lelaki tua ini berlaku seenaknya atas diriku. Harus kuakui memang, meskipun ia semakin patut jadi bapakku, tetapi sebetulnya lelaki tua ini seringkali membuatku berdebar-debar jika sedang mengajar. Tetapi saya masih berupaya meronta-ronta, untuk meningkatkan harga diriku di mata Pak Hr.

"Bebaskan.., Pak jangan hhmmppff..!", kata-kataku tidak teratasi sebab keburu bibirku terhalang mulut Pak Hr.

Saya meronta serta sukses melepas diri. Saya bangun serta lari menghindar. Tetapi entahlah kenapa saya malah lari masuk dalam satu kamar tidur. Kurapatkan badanku di pojok ruang sekalian menata ulang nafasku yang terengah-engah, entahlah kenapa birahiku demikian cepat naik. Semua mukaku berasa panas, ke-2 kakikupun berasa gemetaran.

Pak Hr seperti dikasih peluang emas. Dia berjalan masuk kamar serta menutup pintunya. Lalu dengan perlahan-lahan dia mendekatiku. Badanku bergetar hebat pada saat lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik saya jatuh ke pelukan Pak Hr, bibirku selekasnya terhalang bibir lelaki tua itu. Berasa lidahnya yang kasap bermain menyapu mutlak di mulutku. Perasaanku bersatu aduk jadi satu, tidak suka, jijik bersatu dengan rasa ingin dicumbui yang makin kuat sampai pada akhirnya akupun berasa telah kepalang basah, hati kecilku menginginkannya. Teringat olehku saat saya dicumbui semacam itu oleh Aldy, entahlah sedang dimana ia saat ini. saya tidak menampik lagi. serta sekarang justru membalas dengan hangat.

Berasa mendapatkan angin sekarang tangan Pak Hr serta semakin berani menelusup dibalik blouse yang saya gunakan, tidak stop disana, terus menelup ke balik beha yang saya gunakan.

Jantungku berdegup kencang saat tangan lelaki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang berada di dadaku dengan gemas. Berasa betul, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali kelihatannya ia. Tangannya lama-lama semakin kasar bergerak di dadaku ke kanan serta ke kiri.

Sesudah senang, dengan tidak sabaran tangannya mulai menanggalkan baju yang saya gunakan satu per satu sampai bertebaran di lantai. Sampai pada akhirnya saya cuma menggunakan selembar G-string saja. Bergegas juga Pak Hr menanggalkan kaos oblong serta sarungnya. Di baliknya menyembul tangkai penis lelaki itu yang sudah menegang, sebesar lengan Bayi.

Tidak berasa saya menjerit takut, saya tidak pernah lihat alat penting lelaki sebesar itu. Saya sedikit takut. Dapat bobol milikku dimasuki benda itu. Tetapi saya tidak bisa sembunyikan kekagumanku. Seakan ada pesona tertentu sampai pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Hr berjalan mendekatiku, tangannya mendapatkan kunciran rambutku serta menariknya sampai ikatannya terlepas serta rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.

"Kau Cantik sekali Winda..", gumam Pak Hr kagum pada kecantikanku.

Saya cuma tersenyum tersipu-sipu dengar pujian itu.

Secara halus Pak Hr menggerakkan badanku sampai terduduk di tepi kasur. Lalu dia menarik G-string, kain paling akhir yang tutupi badanku serta dibuangnya ke lantai. Sekarang kami berdua sudah telanjang bundar. Tanpa ada melepas ke-2 iris kakiku, serta dengan gemas dia mementangkan ke-2 iris pahaku lebar-lebar. Matanya betul-betul nanar melihat wilayah di seputar selangkanganku. Nafas lelaki itu demikian mengincar.

Selang beberapa saat Pak memasukkan kepalanya disana. Mulut serta lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di seputar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Saya pejamkan mata, oohh, indahnya, saya benar-benar menikmatinya, hingga badanku dibikin menggelinjang-gelinjang kegelian.

"Pak..!", rintihku memelas.

"Pak.., saya tidak tahan lagi..!", saya memelas sekalian menggigit bibir. Benar-benar saya tidak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Hr. Tetapi ternyata lelaki tua itu tidak perduli, serta suka lihat saya pada kondisi demikian. Ini nampak dari pergerakan tangannya yang sekarang serta terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tapi tidak mengakhiri tindakannya. Walau sebenarnya saya telah kerepotan serta sudah benar-benar basah kuyup.

"Paakk.., aakkhh..!", saya mengeluh keras, kakinya menjepit kepala Pak Hr melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Hr keras-keras. Sekarang saya tidak perduli lagi jika lelaki itu ialah dosen yang saya hormati. Benar-benar mahir lelaki ini menghidupkan gairahku. saya percaya dengan nafsunya yang sebesar itu ia pasti benar-benar eksper dalam ini, serta memungkinkan telah beberapa puluh atau beberapa ratus mahasiswi yang telah digaulinya. Tetapi apa peduliku?

Mendadak Pak Hr melepas diri, lalu dia berdiri di depanku yang masih tetap terduduk di pinggir tempat tidur dengan sisi bawah perutnya tepat ada di muka mukaku. saya sudah mengetahui apakah yang ia ingin, tetapi tanpa ada pernah melakukan sendiri, tangannya sudah mendapatkan kepalaku untuk dibawa dekati kejantanannya yang aduh mak.., Benar-benar besar itu.

Tanpa ada menantang benar-benar saya buka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekaligus alat penting Pak Hr ke mulutku sampai membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu cuma masuk sisi kepala serta sedikit batangnya saja ke mulutku. Itu juga telah berasa penuh. Saya hampir sesak nafas dibuatnya. Saya juga kerja keras, mengisap, mengulum dan mendustai tangkai itu keluar masuk ke mulutku. Berasa betul kepala itu bergetar hebat setiap saat lidahku menyapu kepalanya.

Sesaat selanjutnya Pak Hr melepas diri, dia membaringkan saya dalam tempat tidur serta mengejar berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Dia berupaya masuk badanku belakang. Saat itu juga kepala penis Pak Hr yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku sampai saya mendesah kesenangan. Dia terus berupaya mengutamakan kepunyaannya ke milikku yang sangat basah. Pelahan-lahan benda itu melaju masuk ke milikku.

Serta saat dengan kasar ia mendadak mengutamakan kepunyaannya semuanya ambles ke diriku saya tidak dapat mengendalikan diri tidak untuk memekik. Perasaan mengagumkan bersatu sedikit pedih kuasai diriku, sampai tubuhku mengejang beberapa menit.

Pak Hr cukup pahami situasi diriku, saat ia usai masuk semuanya ia memberikan peluang padaku untuk kuasai diri sesaat. Sebelum selanjutnya ia mulai menggoyahkan pinggulnya pelan-pelan selanjutnya lama-lama semakin cepat.

Saya benar-benar tidak dapat tidak untuk mendesah tiap Pak Hr gerakkan badannya, gesekan untuk gesekan pada dinding dalam liang senggamaku benar-benar membuatku lupa daya ingat. Pak Hr menyetubuhi saya dengan cara tersebut. Sesaat bibirnya tidak hentinya melumat bibir, tengkuk serta leherku, tangannya tetap meremas-remas payudaraku. Saya bisa merasai puting susuku mulai mengeras, runcing serta kaku.

Saya dapat lihat bagaimana tangkai penis lelaki itu keluar masuk ke liang kemaluanku. Saya tetap meredam nafas saat benda itu menyerang ke. Milikku hampir tidak bisa memuat ukuran Pak Hr yang super itu, serta ini semakin membuat Pak Hr terpikat.

Tidaklah sampai disana, beberapa waktu selanjutnya Pak Hr membalik badanku sampai menungging di hadapannya. Dia ingin gunakan doggy model ternyata. Tangan lelaki itu sekarang semakin bebas meremas-remas ke-2 iris payudara saya yang sekarang menggantung berat ke bawah. Untuk seorang wanita saya mempunyai ketahanan alami dalam bersetubuh. Tetapi serta sekarang saya kerepotan hadapi Pak Hr. Lelaki itu betul-betul mengagumkan tenaganya. Hampir 1/2 jam dia bertahan. Saya yang sekarang duduk mengangkangi badannya hampir kehabisan nafas.

Kupacu terus goyangan pinggulku, sebab saya berasa sesaat lagi saya akan mendapatkannya. Terus.., terus.., saya tidak perduli lagi dengan pergerakanku yang beringas atau suaraku yang terkadang memekik meredam rasa mengagumkan itu. Serta saat klimaks itu sampai, saya tidak perduli lagi.., saya memekik keras sekalian menjambak rambutnya. Dunia terasanya berputar-putar. Sekujur badanku mengejang. Benar-benar hebat rasa yang kurasakan kesempatan ini. Benar-benar ironi memang, saya memperoleh kesenangan semacam ini tidak dengan orang yang saya gemari. Tetapi waktu bodohlah.

Berulang-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Hr selanjutnya kembali lagi ambil ide. sekarang giliran Pak Hr yang menindihi badanku. Dia meningkatkan keras untuk capai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sesaat goyangan pinggulnya juga makin cepat serta kasar. Peluhnya telah penuh membasahi sekujur badannya serta badanku. Sesaat kami terus berlomba. Benar-benar hebat lelaki ini. Meskipun telah berusia tetapi masih bertahan begitu lama. Serta menaklukkan semua cowok-cowok yang sempat tidur denganku, meskipun mereka rerata seumuran denganku.

Tetapi sesaat selanjutnya, Pak Hr mulai menggeram sekalian mengeretakkan giginya. Badan lelaki tua itu bergetar hebat di atas badanku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke liang kemaluanku dengan derasnya.

Bersambung..... Artikel Berkaitan

Popular posts from this blog

Nilai ujian - 2

Nilai ujian - 3