Mainan pembawa nikmat 1




Jam 18.30 saya serta Linda telah melaju di jalan. Dia menunjuk satu Mall, karena itu ke sanalah mobilku kuarahkan. Dari info Linda juga saya tahu kelak perlu ke arah salah satunya pojok kafe terbuka di Mall itu. Disana, menurut Linda juga, kita tinggal jatuhkan apa saja; dapat sapu tangan, korek api, atau barang belanjaan. Kemudian akan ada lelaki yang beraga mengambil barang yang jatuh itu. Jika kita senang pada lelaki itu tinggal katakan "OK" tetapi jika tidak senang tinggal katakan "Thanx."
"Jika OK, mainan itu akan langsung nguntit kita, hi, hi, hi..," jelas Linda sekalian cekikikan.

Saya juga menyambutnya dengan ketawa serta masih ada perasaan-perasaan tegang.

"Kamu katakan mainan?" tanyaku.

"Ya, kita dalam tempat fitness mengatakan mainan, mainan pembawa nikmat, hi, hi, hi..," kata Linda lagi masih ditutup dengan tawa.

Untung lalulintas tidak demikian padat sampai pas jam 19.00 kami telah datang disana. Kafe yang disebutkan Linda rupanya cuma warung terbuka biasa yang jual bermacam makanan dan minuman mudah. Terlihat disana beberapa anak muda lelaki serta wanita.

"Yang cewek cari cowok, yang cowok tunggu panggilan cewek," bisik Linda, diteruskan laganya jatuhkan saputangan tanpa ada hentikan cara melalui kafe itu. Saya juga tidak ingin tertinggal jatuhkan kaca mata gelapku. Benar saja selang beberapa saat ada dua anak muda mendekati serta kembalikan beberapa barang itu. Saya pandangan sang pembawa kacamataku, seperti terserang sichir mulutku automatis menjelaskan "OK," demikian juga Linda yang kemungkinan berasa pas dengan anak yang mendatanginya. Tanpa ada basa-basi lagi kami putuskan untuk selekasnya tinggalkan tempat itu.

Setelah tiba kembali lagi dalam tempat parkir, dua anak muda itu semasing memperkenalkan diri.

"Ronny," kata pasangan Linda sekalian mengecup pipi Linda selanjutnya memegang tanganku. Linda juga membisikan namanya.

"Alvin," kata pasanganku sekalian mengecup serta menggandeng pinggangku.

"Oh," hatiku berasa melayang-layang walau cuma digandeng demikian saja.

Selanjutnya kubisikan juga namaku. Situasi yang lama hilang terasanya balik lagi. Selekasnya juga kurugoh tas kecilku untuk ambil kunci mobil.

Demikian akan buka pintu mobilku, Alvin merebutnya sekalian berbisik, "Agar Ronny saja yang nyetir, kita di belakang."

Saya langsung mengangguk menyepakatinya.

Kami melaju mengarah utara kota. Barusan beberapa ratus mtr. tinggalkan halaman Mall, tangan Alvin telah mulai berlaga. Dia menyeka-usap leherku, selanjutnya merapat serta menciuminya dari samping. Tidak ayal saya menggelinjang. Ciuman Alvin menyebar ke kuping, terus meluncur, serta pada akhirnya datang di bibirku. Mendapatkan gempuran yang telah lama kurindukan, kontan kubuka bibirku langsung menyongsong uluran lidah Alvin. Kami juga berpagutan lumayan lama. Dari pojok mataku kulihat Linda juga mendekat, nampak pergerakan tangannya mendekati celana Ronny. Sesaat terlihat Ronny mengusung tubuhnya, ternyata dia memberikan ruangan pada Linda untuk buka resleting celananya serta keluarkan kemaluannya.

"Ehmm.. cukup besar," demikian terdengar suara Linda, tetapi tidak kulihat lagi kepalanya sebab telah merunduk terbenam di pangkuan Ronny yang sedang menyopir. Setelah itu cuma kudengar suara kecupan serta kuluman mulut Linda yang ternyata melakukan oral di kontol Ronny.

Saya sendiri mulai repot, lidah kami sama-sama melilit dalam ciuman yang benar-benar hot. Alvin mulai meraba-raba pahaku, selanjutnya naik sampai hingga dibagian "V" celana dalamku. Saya berubah memberi ruangan buat tangannya supaya bisa pas di sela belahan memekku. Sesaat tanganku mulai berani merayap pas di atas sebentuk benda tegang dibalik celananya. Kuelus-elus benda hangat yang ada dibalik celana itu, dengan jemari telunjuk serta jempol kujelajahi selama batangnya. Saya punyai simpulan kontol Alvin relatif besar, dari pengalamanku juga saya percaya waktu itu belum mengeras seutuhnya.

"Jika telah ngaceng seutuhnya pasti besar sekali," demikian pikirku.

Alvin masih mengelus-elus sela memekku di luar dengan jemari tengahnya. Saya percaya celana dalamku jadi basah karena itu. Disamping itu mobilku terus meluncur ditengah-tengah keramaian kota. Untung semua kaca mobilku berlapis pelindung cukup gelap. Kami dapat lihat ke luar tetapi beberapa orang di luar tidak sempat tahu apakah yang kami lakukan. Ada pula perasaan aneh saat lakukan itu semua ditengah-tengah keramaian, tetapi yang pasti nafsuku bertambah lebih berkobar-kobar sampai pagutanku di mulut Alvin semakin ganas. Ditambah lagi saat mobil stop di lampu merah, saya justru memikirkan beberapa orang di mobil di kiri-kanan kami sedang melihat adegan-adegan hot ini. Begitupun saat ada orang melalui menyebrang, ingin rasa-rasanya saya dilihat mereka. Ahh.. pendeknya pengalaman baru yang benar-benar mengasyikan. Tanganku juga awalilah buka ikat pinggang celana Alvin, langsung juga menarik resletingnya. Langsung kontolnya meloncat keluar sebab rupanya Alvin tidak menggunakan celana dalam.

"Wow, besarnyaa..," teriakku cukup terkejut demikian lihat kontol Alvin.

Lalu sekalian memegang tangkai kontol pacar baruku itu saya berbisik, "Vin, apa kegemaranmu?"

"Blow job," jawab Alvin singkat. Saya terdiam belum pahami.

"Iseplah..," kata alvin menerangkan.

Saya juga senyum dengan memegang kontolnya semakin erat lagi, "Jadi blow job itu berarti ngentot gunakan mulut?" tanyaku bermanja-manja serta pura-pura bodoh.

Kemudian tidak banyak bicara lagi kujilati sisi kepala kontolnya Alvin. Ini ialah sisi pemanasan yang sangat kusuka saat Amri masih hot-hotnya. Karena itu saat kujilati, kuciumi, serta kuemut-emut kepala kontol Alvin, saya melakukan dengan intensif sekali. Alvin juga selekasnya melenguh berasa nikmat, tangannya dengan cukup kasar menyingkapkan celana dalamku ke tepi sampai jarinya sekarang dapat sentuh langsung alat kenikmatanku yang telah lama tidak tersentuh lelaki itu.

"Sluurrpp..," mulutku maju semakin jauh kembali melahap tangkai kontol Alvin, sesaat kutahan disana sekalian kurasakan jika kontol Alvin rupanya masih tumbuh jadi membesar. Tahu demikian karena itu saya merangsangnya semakin keras lagi sebab ingin selekasnya tahu berapa besarnya bila telah ngaceng seutuhnya.

"Sluurrpp..," mulutku maju lagi sampai separuh kontol Alvin masuk, berasa ada yang berdenyut serta tumbuh mengembang. Kubiarkan kutahan di, serta semakin lama berasa mulutku semakin penuh hampir tidak dapat lagi memuat kebesaran kontolnya. Waktu itu kulepas mulutku, kupandangi benda yang rupanya terlihat gagah sekali itu. Semua batangnya mengkilat sebab basah oleh ludahku, kugenggam dibagian pangkalnya, kogoyang-goyang.. Ohh.. benda yang benar-benar kurindukan sekarang ada digenggamanku.

Satu kali lagi "Sluurrpp..," kulahap sekaligus juga kontolnya.

Sekarang kuusahakan dapat masuk sedalam kemungkinan. Rupanya benar-benar benar-benar besar, cuma semakin sedikit dari setengahnya telah sentuh tenggorokanku. Cukup sesak tetapi kubiarkan terbenam di untuk sesaat. Sekalian kuemut-emut kontolnya, perlahan kupelorotkan celana Alvin sampai terlepas. Selesai itu, Alvin juga berupaya memelorotkan celana dalamku. Di ruangan bangku mobil yang sempit, rupanya usaha melepas celana dalam itu jadi tidak gampang. Permasalahannya saya ingin melepasnya tanpa ada ingin melepas kuluman mulutku di kontolnya, demikian juga Alvin seperti tidak ingin kehilangan memekku.

Sesudah berusaha keras pada akhirnya terlepas pulalah celana dalamku. Alvin sekarang dengan merdeka bisa mulai menusukan jarinya yang besar. Ohh.. baru dengan jemari hanya itu saya telah berasa melayang-layang, karena itu kurespon sodokan jarinya dengan memaju-mundurkan pantatku, sesaat mulutku mulai mengangguk-angguk memberi pergerakan kontol Alvin supaya keluar-masuk.

"Ohh.. Tarsih, ohh.. dewiku, enak sekali sedotanmu.. memekmu juga benar-benar masih sangat ketat.. saya ingin selekasnya mengentotnya," erang Alvin sebab nikmat. Saya berasa demikian tersanjung, karena itu selekasnya saya bebaskan kuluman, naik ke pangkuannya dengan kontol Alvin diupayakan tidak terlepas dari genggamanku. Ke-2 kakiku sekarang berada di atas bangku mobil, dengan tempat jongkok ini kusentuh-sentuhkan kepala kontol Alvin di sela memekku, kadang-kadang disentuhkan juga ke kelentitku yang sangat sensitif.

Selanjutnya, "Bless.." sekaligus juga kutanamkan kontol besar itu dengan tidak sabar.

"Ohh.. ahh..," saya juga mengeluh sebab terkejut sendiri merasai kontol yang demikian besar melesak masuk. Demikian kerasnya eranganku hingga membuat linda bangun dari kegiatannya selanjutnya melirik ke belakang.

"Bagaimana, asyik Teh Tarsih?" bertanya Linda merayuku yang sedang nikmat.

"I.. i.. yaa, Linda.. Kontol Alvin gede sekali, asyik sekali," jawabku sekalian mulai menggoyang-goyangkan pinggulku.

Di saat itu juga pernah kulihat lagi keramaian kota. Dengan tempat telah mulai sanggama, pada kondisi kontol pasanganku telah tertancap di memek laparku, lihat keramaian di luar semakin membuat saya terangsang lagi.

Karena itu kugenjot kontol Alvin semakin hebat lagi, hatiku seakan-akan berteriak pada beberapa orang di jalanan, "Heii.. beberapa orang lihatlah.. lihatlah saya lagi ngentot dengan sangat nikmat.. ngentot kontol gede.. hhmmhh.. ahh."

Pergerakan pantatku naik-turun di atas kontol Alvin semakin cepat, Alvin juga kadang-kadang membalasnya dengan mengusung pantatnya sampai kontolnya tertancap seutuhnya di memekku. Rasa dahagaku yang telah lumayan lama tidak merasai kontol, ternyata membuat nafsuku jadi benar-benar terlalu berlebih, hingga saya tidak dapat mengatur serta membuat persetubuhan berjalan demikian cepat.

"Ohh.. Vin, Alvin.. entot terus, entot memekku yang lapar ini.. entot, jangan stop.. ohh teruss.. saya hampir sampai di pucuk.. teruss.. ohh.. ohh.. ohh.. ahh!" Satu erangan panjang mengisyaratkan saya telah capai orgasme.

Sesaat saya tahu jika Alvin masih fresh fit. Karenanya kuelus kepalanya untuk menghibur, sesaat Alvin memasukkan mukanya di sela buah dadaku. Dengan kontol yang masih tetap tertancap di memekku, dijilatinya semua sela dari lembah payudaraku, selanjutnya naik ke puting susu samping kiri, lewat lagi di sela lembahnya serta geser ke puting susu samping kanan, kadang-kadang datang cukup lama di salah satunya puting susuku yang semenjak barusan demikian keras. Di isap-isapnya disana, kadang-kadang digigit-gigit kecil hingga memunculkan rasa geli bersatu nimkat.

Sampai pada adegan ini telah terpikir juga untuk membalas kesenangan yang sudah diberi oleh Alvin, tetapi disamping itu juga saya berpeluang lihat mengarah luar jendela mobil untuk lihat mengarah mana kurang lebih mobil ini meluncur. Dengan sepintas saya selekasnya tahu mobil sedang meluncur ke rah utara, karena itu saya bertanya ke Ronny maupun Linda yang sedang asyik di muka, "Heh, sedang ke arah mana kita ini?"

Popular posts from this blog

Nilai ujian - 1

Nilai ujian - 2

Nilai ujian - 3